Saturday, June 11, 2016

Gorengan

Tadi siang adikku pamit untuk pergi main ke dekat mushola Al-Furqon, namun sampai saat ini ketika adzan magrib sepuluh menit lagi berkumandang, dia belum juga kembali.
"Kemana aja sih, kamu?" Tanyaku setelah adikku pulang.
"Tadi ketiduran di mushola, hehe. Betah soalnya gorengan Pak Kus wangi banget."

Tidak berapa lama, Pak Kus seorang pedangang gorengan yang biasa mangkal di samping mushola Al-Furqon datang ke rumah kami membawa kantong kresek di tangannya, "Ini tolong kasih ke Ibu ya, sayang kalau di buang, lumayan lah buat buka puasa." Setelah menerima bungkusan itu, beliau lalu pamit. 
Ibu membuka bungkusan itu disertai dengan wajah bahagia kami, "Buka puasa kali ini nggak nasi kecap sama kerupuk aja." batinku.
Betapa bahagianya hati kami ketika melihat bungkusan itu berisi lima buah gorengan bakwan dan tahu. 
"Bu, tapi kok ini dingin banget bu, gorengannya? bukannya kalau sore Pak Kus baru di goreng, ya?" adikku berkomentar melihat lima buah gorengan yang bentuknya tidak lagi menggiurkan seperti yang dilihatnya tadi di samping mushola. 
"Bersyukur kamu tuh harusnya! kita dapet makanan. Sana ambil air wudhu dulu!" Ucap Ibu sambil beranjak. 

Selain Pak Kus, kami juga kerap mendapatkan makanan dari Bu Hayati. Bu Hayati adalah penjual lauk pauk yang terkenal di daerah tempat tinggal kami. Dan terkadang, beliau mengantarkan makanannya yang tidak terjual ke rumah kami, "Makasih banyak, Bu Hayati." Ucapku setelah menerima sayur asem dan oseng tempe bumbu kecap.
***
Aku selalu tak mengerti kenapa Allah begitu baik pada keluargaku. Subuh tadi, Pak Kus lagi-lagi mengantarkan gorengan ke rumah kami, "Untuk makan sahur," Katanya.
Tapi lagi-lagi aku sebal pada adikku yang selalu mengomentari gorengan Pak Kus, "Bu, ini kok bakwannya asem ya rasanya, kayak bakwan kemarin sore."
dan aku langsung memukul kepalanya karena sudah keterlaluan mencela makanan.

Sore ini aku berencana ke tempat Pak Kus biasa berjualan untuk memberikan sepotong kue yang sengaja ibu beli di pasar tadi pagi. "Pak Kus kasian kalau harus buka puasa di jalan pake gorengan terus," Ucap ibu. 
Kulihat dari kejauhan, Pak Kus sedang membungkus beberapa gorengan ke dalam kantong kresek. Dia mengambil gorengan dari piring yang ia taruh laci gerobaknya. "Kok gorengan disimpen di situ, sih?" aku heran. 

"Pak, mau kemana?" Tak lama, Bu Hayati menghampiri Pak Kus.
"Oh, ini Bu. Mau buang sampah! ini biasalah gorengan yang kemarin." Jawabnya dengan senyuman. 
"Oh, kesana ya? Hahaha" Timpal Bu Hayati dengan tawa yang kencang.
Lalu, dengan membawa kantong kresek berisi gorengan itu, Pak Kus bergegas menuju rumahku.
***


"Dan berikanlah yang paling terbaik yang kau miliki untuk saudaramu."

Sarah Astro, 
11 Juni 2016 
(6 Ramadhan 1437H)

3 comments:

  1. ketik like bila mendukung bu hayati, share bila setuju kelakuan pak kus.

    EmRafif

    ReplyDelete
  2. Ih jahaaaaaat,
    Jiwa ibu ibu keluaaaar

    ReplyDelete
  3. Threat your friend like they are going to die in the midnight, yea right, give our best. Even when they didn't.

    ReplyDelete