Friday, May 27, 2016

Bangun, Tahajjud!

Aku tiba-tiba terbangun dengan teriakan super karena kecoak terbang hinggap di kepalaku.

"Ya Allah, cara Kau membangunkanku kejam sekali."Aku melihat jam menunjukkan pukul 3 subuh.

Sarah Astro, 28 Mei 2016

Thursday, May 26, 2016

PELUK

“Pada pelukanmu aku selalu berlabuh” katamu tersengal sambil berbaring di sampingku sehabis membongkar kuburanku malam itu.

Tuesday, May 24, 2016

WHAT ARE YOU GONNA DO? — Apa yang akan kau lakukan?

by
Nugra Gente

If the reason of tonight or every night after this you cannot sleep are because she screams at you shattering only your unconscious mind and her sharp scratches your pupils.

Jika sebab mengapa kau tidak bisa tidur malam ini adalah karena perempuan itu berteriak memecahkan alam bawah sadarmu dan kukunya yang panjang menggaruk-garuk bola matamu.

Saturday, May 21, 2016

Read

Dia selalu malas membuka bbm dari temannya, dibiarkan berlama-lama tetap Delivered, tidak pernah di Read
Tapi giliran pacarnya, tak perlu menunggu, langsung balas.
Bbm teman dibacanya kalau lagi bosan, dan setelah dua hari bbm temannya baru dibuka, ternyata isinya, "Rin, jam lima nanti cepet kirim ulang hasil uas kemarin, kalau nggak nilainya bakalan tetep D dan nggak lulus."

Sarah Astro
21 Mei 2016





Thursday, May 19, 2016

IDOLA


Ya ini sudah mirip. Ini sudah serupa. Sempurna. Ia memandangi wajahnya yang sudah menyerupai aktris luar negeri dengan topeng yang dia tempelkan ke wajahnya. Wajahnya sendiri ia kuliti dan ia buang ke dalam tong sampah..

Tuesday, May 17, 2016

MISWADI

oleh
Nugra Gente

Suatu maghrib yang sendu, seorang lelaki menerima sms

"Mis bsk jpt aku y" 
"Maksudnya?"
"Bsk jmpt ak"
"Salah sambung..."
"Ne miswadi kn"
"bukan"
"Jd ne cp"
"Emang lo siapa?"
"Km dlu cp? miswadi kn?"
"Bukan! NAMA GW GA

SEJELEK ITU!"

Di sudut ruang yang sama masih senja itu, teve menyala menyajikan berita naasnya korban pencopetan. Sesaat terbesit tangis lirih dan bisikan  "Namaku jelek?"

Saturday, May 14, 2016

THE TODAY'S MADNESS-MIRIS

DEWASA
oleh
Sara Fiza


"Kamu masih marah?"
"Enggak" lagi-lagi Nadya hanya menjawab kesal. Mulutnya maju entah berapa sentimeter.

Andra sudah kehilangan ide bagaimana lagi merayu perempuan yang katanya makhluk paling sulit ditebak sedunia.
"Mau sampai kapan kamu kayak gini?" Andra mulai menegaskan suaranya dan menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal, "Dasar cewek, coba kamu bersikap dewasa dong! Malu-maluin. Kayak anak kecil!"
"Kamu dong yang harusnya dewasa!"Akhirnya Nadya beranjak dan meninggalkan Andra di bangku belakang kelas.
Andra hanya bisa geleng-geleng menatap seragam merah putih Nadya berlalu keluar kelasnya. Kelas 5b.

THE TRASH-SAMPAH
oleh
Sarah Astro

Setiap pagi, Santi selalu saja membuang sampah di kamar kosnya ke halaman. Rajin sekali.
"San, mau buang sampah lagi? Nitip dong! Hehe"
Lalu aku bergegas karena harus buru-buru pergi ke kampus.
Dan dari depan pintu kulihat dia sedang memilah-milah makanan di sampah itu sambil terdengar suara lirihnya, "ayolah, makanan apa aja. masa empat hari aku ga makan."

Every morning, Santi always takes the trash out of her room and puts it to the yard. Such a nice lad. "Are you throwing the trash? Can you do it for me too?"
I begged her because I'm in rush to get to campus. But when I get in front of the door, I see Santi folding in garbage can and says, "come on, anything! If nothing, it'd be the fourth day without eating anything.."

DOUBLE STANDARD-STANDAR GANDA
by
Nugra Gente

"OH SO YOU ARE TELLING ME THAT I CAN'T DO WHAT YOU GUYS DOING?! HUUHH!!??" Said a girl to her employer, she seemed pissed.
And the boss asked her so calmly, "Do you really wanna go to the site-work and be the miner?"
"OH MY GOD! NOW YOU WANT ME TO GET INTO THE DIRT PIT AND NOT TO WEAR MAKE UP?" She was more pissed, she continued, "WHATEVER! I QUIT!"
Everybody in the meeting room was left confused and blankly stared at the slammed door.

"OH JADI ANDA ANGGAP SAYA TIDAK BISA MELAKUKAN APA YANG KALIAN BISA? GITU??!!!" Tantang seorang pekerja wanita ke atasannya, dia begitu kesal.
Dan lalu Si Pak Bos bertanya dengan lembut, "Apa Anda benar ingin terjun ke lapangan dan jadi penambang?"
"YA AMPUN! SEKARANG ANDA MAU SAYA PERGI KE TEMPAT JOROK DAN GA PAKE MAKE UP?" Semakin kesal, lanjutnya, "TERSERAH! SAYA BERHENTI KERJA DISINI!"
Semua orang yang berada di ruang rapat kebingungan dan hanya dapat menatap dalam diam pintu yang baru saja di banting.

Friday, May 13, 2016

Baper

Temen-temenku seneng bercanda, bercandanya berlebihan tapi nggak pernah kita masukin ke hati.
"Ah, dasar kamu wajah kayak onde-onde gitu pede banget!" Wajah onde-onde itu maksudnya banyak jerawatnya. Langsung aja hal ini membuat kami semua tertawa termasuk aku. Mereka semua bukan menertawakanku, tapi tertawa bersamaku.

Malam ini sudah pukul dua, dan aku tidak bisa tidur, terus saja berkaca dan mengoles wajah dengan krim jerawat, "ih, masa sih wajah ku jerawatnya sebanyak itu?"

Sarah Astro, 14 Mei 2016

Thursday, May 12, 2016

BERTAMU


            Siapa yang pernah siap menghadapi seorang teman—atau bahkan siapapun—bertamu dengan penuh darah diseluruh tubuhnya? Di hadapanku, ia ada. Mungkin aku terlalu berlebihan. Tidak seluruhnya. Wajahnya tidak penuh darah, hanya darah kering di sisi pelipisnya. Tapi selain itu aku tidak mengada-ngada. Badannya yang berbalut kaus dan rok bunga-bunga selutut memang penuh merah. Matanya kosong namun liar melirik sana sini. Kemudian menatapku dengan tatapan memelas. Giginya bergemerutuk, kedua tangannya menggenggam kuat sebuah tas besar hitam bercampur merah pekat. Bau anyir darah menguar kuat dari tas itu dan badannya. Aku menahan pekik dengan kedua tanganku. Napasku tertahan. Aku menariknya masuk melewati pintu dengan mata awas dan gerak cepat.
Entah bagaimana bentuknya tatapanku dan ekspresi wajahku ini tertangkap oleh mata kosongnya. Tubuhku menjelma kaku. Kemudian napasku patah-patah. Apa yang harus kulakukan?  
“Ra, bantu aku!” airmatanya luruh.
            Aku masih kaku.
Siapa yang pernah siap menghadapi seorang teman yang datang dengan darah di seluruh tubuhnya?
***
            Aku tidak pernah setuju dengan orang-orang yang selalu menakuti malam dan gelap. Tapi, nampaknya malam ini aku harus setuju dengan orang-orang yang takut akan malam. Malam ini, ketika pemukiman sudah benar-benar senyap. Rambut-rambut halus ditubuhku meremang. Malam ini temanku sendiri menyeret sebuah tas besar kedalam rumahku. Lantai putihku kini berbalut merah darah.
Ia masih terisak sambil terus berkata, “Bantu aku, Ra”
“A.. ad. ada apa? Apa yang terjadi, Wi?” aku mulai memberanikan diriku bertanya setelah mendudukan Dewi pada kursi kayu di ruang tamu. Butuh keberanian untuk mendudukan seseorang penuh darah di rumah yang hanya tinggal aku seorang diri. Tapi, otakku terlalu beku untuk memikirkan hal lain.
Ia masih terisak.
Sambil menunggu jawabannya. Aku mengatur napasku, juga mengatur kisruh dalam ruang-ruang kepalaku. Kisruhkah juga pikiranmu, Wi?
“Aku kena kutukan, Ra!” Dewi kemudian berkata dengan suara yang begitu pilu. Badan ringkihnya berguncang-guncang.
Mataku melebar. Sesekali aku melirik pada tas besar hitam yang Dewi bawa. Noda darah merah tua terlihat merembesi tasnya.  Kebingungan—lebih tepatnya ketakutan—telah meringkusku seketika. “Kutukan? Maksudmu, Wi?”
Aku berharap aku tidak bertanya padanya, jika ternyata jawabannya akan begitu semengerikan ini, “Aku dirasuki, Ra! Aku sepertinya membunuh seseorang. Aku tidak tahu siapa. Aku tidak ingat. Tapi ketika aku sadar. Aku sudah berdiri memegang golok penuh darah. Ada sesosok mayat di hadapanku sudah terpotong-potong…” Ia membekap mulutnya sambil terus sesenggukan.
“Aku berteriak. Tapi tidak ada seorangpun di rumahku. Aku takut, Ra. Aku takut,” Matanya makin membelalak. Kedua tangannya mendekap dirinya sendiri. Mencoba untuk menahan guncangan tubuhnya yang semakin menjadi-jadi, “Aku bingung. Aku.. Aku.. Aku menyimpan potongan tubuh mayat itu kedalam tas. Aku bingung harus kemana. Tanpa sadar aku sudah sampai di rumahmu dengan membawa tas ini. tolong aku! Apa yang harus aku lakukan! Jangan laporkan aku! Tolong! Aku bukan pembunuh”
Ia mulai berteriak histeris dan begitu memilukan. Aku menutup mulutku. Kemudian tidak sadar tubuhku ikut berguncang hebat. Air mataku kemudian mengalir. Aku mengunci Dewi dalam dekapanku takut-takut. Satu sisi hatiku berteriak segera kabur dan menjauhi rumah itu, satu sisi lainnya tidak ingin meninggalkan Dewi yang kebingungan dan ketakutan. Entah mana yang harus aku percaya.
Mulut yang sedari tadi kusumpal diam, entah bagaimana kemudian mengeluarkan suara penuh getar, “Wi, mungkin kamu bukan kerasukan. Mungkin ini tentang jiwamu. Kamu mungkin sudah benar-benar membunuh.”Aku teringat kasus-kasus kejiwaan di film-film. Kepribadian ganda, sleep disorder, dan kasus lainnya. Tidak ada lagi logika selain itu. Terlebih logika kerasukan yang entah dari mana datangnya.
“Maafkan aku, Wi. Kita harus segera lapor polisi. Tas mayat ini harus segera disingkirkan.” Aku masih memeluknya takut-takut. Berharap ia tenang dan tidak menggila disini. Aku tidak bisa menerima mayat dan pembunuhnya begitu saja di rumah, kan? Sekalipun itu Dewi. Ini harus segera dilaporkan, bukan? Pikiranku terus kisruh. Jantungku berdebum begitu keras. Kemudian aku merasakan tubuh dewi yang berhenti berguncang seketika. Ia melepaskan diri dari dekapanku dan menatapku dengan tatapan tombak. Aku beku.
****
Malam itu bahkan benda langit pun ragu menyaksikan suasana pilu di bawahnya. Seorang anak perempuan dengan rok bunga-bunga kini menyeret dua tas besar dengan aroma darah melewati jalan aspal di tengah pemukiman yang sepi—yang orang-orangnya sudah terlelap, yang petugas rondanya sedang sibuk tidur atau mungkin tertutup pandangannya oleh asap-asap rokok dan kartu-kartu remi.
Wajah Dewi—perempuan itu—begitu pucat seolah-olah cahaya wajahnya telah dicabut paksa. Mungkin bukan karena darah di sekujur tubuhnya, atau kemungkinan bahwa dirinya telah memotong-motong tubuh manusia. Tapi, mungkin karena tidak ada yang mau percaya pada dirinya. Bahkan temannya sendiri. Bahkan dirinya sendiri.  
Perempuan dengan rok bunga-bunga merah pekat itu menyeret dua tas besar aroma darah, salah satunya adalah mayat dari rumah yang tadi ia datangi, menuju rumah lain.
Tidak ada yang pernah siap menyambut teman yang penuh darah. Tapi, bukankah selalu ada tempat bagi tiap jiwa, Pikir perempuan itu.
Siapa yang pernah siap menghadapi seorang teman yang datang dengan penuh darah diseluruh tubuhnya? Kali ini ditambah dua tas besar dengan aroma darah. Salah satunya aku. Jika ada yang mengetuk-ngetuk pintumu malam nanti. Siapkah kamu?


Sara Fiza

Di ruang tamu rumah malam itu

Tuesday, May 10, 2016

OTHER SIDE-SISI LAIN

By
Nugra Gente

Every night I cannot go to sleep because everytime I want to, they scream from the other side of my mirror.


Setiap malam kutak bisa tidur, sebab setiap kali aku berusaha memejamkan mata, mereka berteriak dari sisi lain cerminku.

Friday, May 6, 2016

Chatting

Sudah jam 2 pagi dan aku masih asyik watsap an dengan Fika, sahabatku sejak tingkat 1 dulu, dan kita sekarang sedang menyusun skripsi. Chatting dengannya adalah cara terbaik menghilangkan penat karena skripsi.
Aku keluar kamar sebentar, mengetuk pintu sebelah kosan, "Fika, chattingnya bsk lagi ya. Abis kuota nih hehe"

Sarah Astro, 6 Mei 2016



Thursday, May 5, 2016

BERITA


Seorang gadis terperangah membaca berita di koran tentang jasadnya sendiri ditemukan di pesisir pantai.

Tuesday, May 3, 2016

Meow - Meong

By
Nugra Gente

Meooowww... Meooow... Meeoooooww. Listen to that chanting of the cats before you go to sleep at night. Aren't they beautiful? Hell yeah they are. Do me a favor, readers... When you go to bed tonight and if you are lucky enough hearing their voices, just quietly listen to them, very carefully. And keep wishing in your heart that they don't stop meowing. Because once they are silent, they are silenced by the arriving of a little boy who lives underneath your house.

...

Ngeooongg... Ngeoong... Ngeooong. Coba dengarlah nyanyian para kucing sebelum kau tidur tiap malam. Indah, 'kan? Ya, memang. Aku ingin kalian melakukan satu hal, readers... Saat kau hendak tidur malam ini dan itu pun jika kau beruntung bisa mendengar mereka, maka dengarlah mereka mengeong, dengan saksama. Dan berharaplah mereka tidak tiba-tiba diam. Karena sekali mereka berhenti, mereka dibungkam oleh anak kecil yang menunggu bawah rumahmu.

Author's note; Enjoy our flash fiction || Nikmati fiksi mini kami.