Friday, July 1, 2016

Terserah

"Jadi," tanya Adi "mau buka dimana nih?"
"Terserah deh" jawab Dina singkat.
"Ya udah, buka puasa di kantin ya. Kita kumpul jam berapa nih?"
"Terserah, aku ngikut aja." Jawab Dina lagi.
"Jam 5 deh kumpul di kampus ya. Menunya mau apa?"
"Terserah."

"Nya nggeus weh buka puasa weh tah jeung jukut, terserah-terserah! Da bingung atuh!" Teriak Adi kesal.
(Ya udah, buka puasa tuh sama rumput, terserah-terserah! Kan bingung!)

Sarah Astro
2 juli 2016/ 27 ramadan 1437H


Tuesday, June 28, 2016

KURANG PERHATIAN

Sudah sebulan lebih Juned menjomblo. Hidupnya semakin tidak karuan. Sedikit-sedikit baper. Katanya kurang motivasi.

"Enggak ada yang merhatiin gue lagi" katanya bersungut-sungut.
"Juned! Juned!" Ibunya memanggil dari luar kamar, "Ayo sholat dulu, terus makan. Ibu udah siapin makanan nih. Sini nak"
"Berisiiiik, Bu! Bentar!"katanya dengan nada tinggi.
Si Juned, entah kurang perhatian atau kurang memperhatikan.

Saturday, June 25, 2016

Tarawih

"Ah, males tarawih di masjid sana, rakaatnya 23, salatnya cepet lagi kayak kereta bisnis." Jali bersiap dengan sarungnya. Lalu ia melanjutkan, "eh tapi kalau di masjid sebelah 11 rakaat pake ceramah dulu, jam 9 baru kelar. Gue kapan tidurnya? Kan harus bangun cepet, ada piala eropa."

"Ah, tarawih di semua masjid ga ada yang sesuai syariat rasul ah, tiap ramadan sama aja."
Dengan sarung yang masih dipakai, matanya mulai dimanjakan dengan tayangan komedi saling menghina di televisi. "Ntar ah, solatnya sendirian aja biar lebih khusyuk." Ucapnya tersenyum simpul.

Sarah Astro, 25 Juni 2016
20 Ramadan 1437 H






Thursday, June 23, 2016

SENYUM


Sudah kuduga Ia jatuh cinta padaku. Ia tersenyum padaku. Duh manisnya.
Setiap pagi sebelum aku berangkat ke sekolah, lelaki itu tersenyum padaku. Dia pasti sengaja lewat depan rumahku.
Hari ini aku sudah siap menyambut senyumannya.
Nah itu dia, dia datang tersenyum. Kini dia berjalan ke arahku. Aku semakin tersipu, dan...
"Brukkk!" Seorang bapak menjatuhkannya dengan sekali tubruk. "Maaf ya Neng, laki-laki ini sudah berhari-hari jadi buronan Rumah Sakit Jiwa."
Laki-laki itu dibawa pergi, ia masih meronta-ronta. Sebelum ia masuk mobil, ia tersenyum lagi. Ah, bukan. Itu seringai.

Sunday, June 19, 2016

Adil

Setelah salat tarawih bersama warga, dia melempar sarungnya ke atas meja.
"Besok siapkan satpol pp dan polisi, kita eksekusi sektor x, hancurkan! lalu besoknya kita ke sana dan siapkan dana buat nyumbang mereka, dan siapkan baju saya yang paling sederhana sama undang wartawan tivi." Ucap si pelempar sarung itu sambil berkacak pinggang.
"Siap pak," ucap asistennya.
"Untung aku bisa baca quran ya,"ucapnya lagi, kini sambil melipat sarungnya. " haha jadi tadi bisa jadi imam tarawih, gatau mereka kalau tadi itu tarawih terakhir mereka di masjid itu."

Sarah Astro, 20 juni 2016
15 Ramadan 1437 H




Thursday, June 16, 2016

SURAT SETAN

Sebelum Ramadan kemarin, aku mendapat surat dari setan. Dia berkata dia akan pergi selama bulan Ramadan. Setan sialan! Berani-beraninya dia berdusta. Buktinya di luar orang masih saling hina, dan aku baru saja tergoda untuk berbuka puasa. Bukan salahku! Salah setan-setan itu yang telah menggodaku. Dasar setan kurang ajar!
Hari ini baru saja kuterima surat dari setan lagi.
"Bukan aku yang menggodamu, dasar manusia. Berjalanlah ke depan cermin sambil terpejam. Kemudian buka matamu perlahan. Dialah yang menggodamu"
Aku melakukan hal yang Ia pinta. Kulihat wajahku ada disana.
"Kaulah setanmu sendiri" kata setan di akhir surat. Aku menelan ludah. Telingaku serasa dijejali tawanya yang terbahak-bahak.

Saturday, June 11, 2016

Gorengan

Tadi siang adikku pamit untuk pergi main ke dekat mushola Al-Furqon, namun sampai saat ini ketika adzan magrib sepuluh menit lagi berkumandang, dia belum juga kembali.
"Kemana aja sih, kamu?" Tanyaku setelah adikku pulang.
"Tadi ketiduran di mushola, hehe. Betah soalnya gorengan Pak Kus wangi banget."

Tidak berapa lama, Pak Kus seorang pedangang gorengan yang biasa mangkal di samping mushola Al-Furqon datang ke rumah kami membawa kantong kresek di tangannya, "Ini tolong kasih ke Ibu ya, sayang kalau di buang, lumayan lah buat buka puasa." Setelah menerima bungkusan itu, beliau lalu pamit. 
Ibu membuka bungkusan itu disertai dengan wajah bahagia kami, "Buka puasa kali ini nggak nasi kecap sama kerupuk aja." batinku.
Betapa bahagianya hati kami ketika melihat bungkusan itu berisi lima buah gorengan bakwan dan tahu. 
"Bu, tapi kok ini dingin banget bu, gorengannya? bukannya kalau sore Pak Kus baru di goreng, ya?" adikku berkomentar melihat lima buah gorengan yang bentuknya tidak lagi menggiurkan seperti yang dilihatnya tadi di samping mushola. 
"Bersyukur kamu tuh harusnya! kita dapet makanan. Sana ambil air wudhu dulu!" Ucap Ibu sambil beranjak. 

Selain Pak Kus, kami juga kerap mendapatkan makanan dari Bu Hayati. Bu Hayati adalah penjual lauk pauk yang terkenal di daerah tempat tinggal kami. Dan terkadang, beliau mengantarkan makanannya yang tidak terjual ke rumah kami, "Makasih banyak, Bu Hayati." Ucapku setelah menerima sayur asem dan oseng tempe bumbu kecap.
***
Aku selalu tak mengerti kenapa Allah begitu baik pada keluargaku. Subuh tadi, Pak Kus lagi-lagi mengantarkan gorengan ke rumah kami, "Untuk makan sahur," Katanya.
Tapi lagi-lagi aku sebal pada adikku yang selalu mengomentari gorengan Pak Kus, "Bu, ini kok bakwannya asem ya rasanya, kayak bakwan kemarin sore."
dan aku langsung memukul kepalanya karena sudah keterlaluan mencela makanan.

Sore ini aku berencana ke tempat Pak Kus biasa berjualan untuk memberikan sepotong kue yang sengaja ibu beli di pasar tadi pagi. "Pak Kus kasian kalau harus buka puasa di jalan pake gorengan terus," Ucap ibu. 
Kulihat dari kejauhan, Pak Kus sedang membungkus beberapa gorengan ke dalam kantong kresek. Dia mengambil gorengan dari piring yang ia taruh laci gerobaknya. "Kok gorengan disimpen di situ, sih?" aku heran. 

"Pak, mau kemana?" Tak lama, Bu Hayati menghampiri Pak Kus.
"Oh, ini Bu. Mau buang sampah! ini biasalah gorengan yang kemarin." Jawabnya dengan senyuman. 
"Oh, kesana ya? Hahaha" Timpal Bu Hayati dengan tawa yang kencang.
Lalu, dengan membawa kantong kresek berisi gorengan itu, Pak Kus bergegas menuju rumahku.
***


"Dan berikanlah yang paling terbaik yang kau miliki untuk saudaramu."

Sarah Astro, 
11 Juni 2016 
(6 Ramadhan 1437H)

Thursday, June 9, 2016

Reflection

“Psssstttt” says something under your bed. But you just leave it alone. Now I see you are staring at the screen reading this, am I right? It’s okay, you just don’t turn off the screen so it couldn’t reflect things on its black screen. Good night.

Yours,
Nugra Gente

IKLAN SIRUP



"Siapa yang ngucapin buka puasa buat kamu yang jomblo? Iklan sirop? Hahaha" Temanmu tertawa puas sekali dari ujung telepon.

Kau kemudian memandangi wajah ibu paruh baya yang menuangkan sirup di iklan tv dan memandangi wajah yang sama di buku yasin yang kau genggam,
"Bu, aku rindu"
Air matamu luruh.

Saturday, June 4, 2016

Ku kejar dia

Aku mengejarnya sampai kepalaku berdarah.
Temanku tiba-tiba juga ikut mengejar dia, lalu dia menghantamku keras dengan batu. Namun ketika kami saling hantam untuk mendapatkan dia, tiba-tiba muncul rudal yang menghantamku dari udara, lalu menghantam temanku juga. "Kami yang akan mendapatkan dia,"ujar seseorang dari pesawat yang melempar rudal.
Namun aku tetap harus mengejarnya, mengejar dia, yang kami panggil Dunia.

Sarah astro
4Juni 2016

Thursday, June 2, 2016

HAPPY BIRTHDAY

He gives you a longing stare, "you're getting closer to me, I'm getting closer to you. We are one year closer to each other" said the grim reaper smiling. He's longing for you.



Friday, May 27, 2016

Bangun, Tahajjud!

Aku tiba-tiba terbangun dengan teriakan super karena kecoak terbang hinggap di kepalaku.

"Ya Allah, cara Kau membangunkanku kejam sekali."Aku melihat jam menunjukkan pukul 3 subuh.

Sarah Astro, 28 Mei 2016

Thursday, May 26, 2016

PELUK

“Pada pelukanmu aku selalu berlabuh” katamu tersengal sambil berbaring di sampingku sehabis membongkar kuburanku malam itu.

Tuesday, May 24, 2016

WHAT ARE YOU GONNA DO? — Apa yang akan kau lakukan?

by
Nugra Gente

If the reason of tonight or every night after this you cannot sleep are because she screams at you shattering only your unconscious mind and her sharp scratches your pupils.

Jika sebab mengapa kau tidak bisa tidur malam ini adalah karena perempuan itu berteriak memecahkan alam bawah sadarmu dan kukunya yang panjang menggaruk-garuk bola matamu.

Saturday, May 21, 2016

Read

Dia selalu malas membuka bbm dari temannya, dibiarkan berlama-lama tetap Delivered, tidak pernah di Read
Tapi giliran pacarnya, tak perlu menunggu, langsung balas.
Bbm teman dibacanya kalau lagi bosan, dan setelah dua hari bbm temannya baru dibuka, ternyata isinya, "Rin, jam lima nanti cepet kirim ulang hasil uas kemarin, kalau nggak nilainya bakalan tetep D dan nggak lulus."

Sarah Astro
21 Mei 2016





Thursday, May 19, 2016

IDOLA


Ya ini sudah mirip. Ini sudah serupa. Sempurna. Ia memandangi wajahnya yang sudah menyerupai aktris luar negeri dengan topeng yang dia tempelkan ke wajahnya. Wajahnya sendiri ia kuliti dan ia buang ke dalam tong sampah..

Tuesday, May 17, 2016

MISWADI

oleh
Nugra Gente

Suatu maghrib yang sendu, seorang lelaki menerima sms

"Mis bsk jpt aku y" 
"Maksudnya?"
"Bsk jmpt ak"
"Salah sambung..."
"Ne miswadi kn"
"bukan"
"Jd ne cp"
"Emang lo siapa?"
"Km dlu cp? miswadi kn?"
"Bukan! NAMA GW GA

SEJELEK ITU!"

Di sudut ruang yang sama masih senja itu, teve menyala menyajikan berita naasnya korban pencopetan. Sesaat terbesit tangis lirih dan bisikan  "Namaku jelek?"

Saturday, May 14, 2016

THE TODAY'S MADNESS-MIRIS

DEWASA
oleh
Sara Fiza


"Kamu masih marah?"
"Enggak" lagi-lagi Nadya hanya menjawab kesal. Mulutnya maju entah berapa sentimeter.

Andra sudah kehilangan ide bagaimana lagi merayu perempuan yang katanya makhluk paling sulit ditebak sedunia.
"Mau sampai kapan kamu kayak gini?" Andra mulai menegaskan suaranya dan menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal, "Dasar cewek, coba kamu bersikap dewasa dong! Malu-maluin. Kayak anak kecil!"
"Kamu dong yang harusnya dewasa!"Akhirnya Nadya beranjak dan meninggalkan Andra di bangku belakang kelas.
Andra hanya bisa geleng-geleng menatap seragam merah putih Nadya berlalu keluar kelasnya. Kelas 5b.

THE TRASH-SAMPAH
oleh
Sarah Astro

Setiap pagi, Santi selalu saja membuang sampah di kamar kosnya ke halaman. Rajin sekali.
"San, mau buang sampah lagi? Nitip dong! Hehe"
Lalu aku bergegas karena harus buru-buru pergi ke kampus.
Dan dari depan pintu kulihat dia sedang memilah-milah makanan di sampah itu sambil terdengar suara lirihnya, "ayolah, makanan apa aja. masa empat hari aku ga makan."

Every morning, Santi always takes the trash out of her room and puts it to the yard. Such a nice lad. "Are you throwing the trash? Can you do it for me too?"
I begged her because I'm in rush to get to campus. But when I get in front of the door, I see Santi folding in garbage can and says, "come on, anything! If nothing, it'd be the fourth day without eating anything.."

DOUBLE STANDARD-STANDAR GANDA
by
Nugra Gente

"OH SO YOU ARE TELLING ME THAT I CAN'T DO WHAT YOU GUYS DOING?! HUUHH!!??" Said a girl to her employer, she seemed pissed.
And the boss asked her so calmly, "Do you really wanna go to the site-work and be the miner?"
"OH MY GOD! NOW YOU WANT ME TO GET INTO THE DIRT PIT AND NOT TO WEAR MAKE UP?" She was more pissed, she continued, "WHATEVER! I QUIT!"
Everybody in the meeting room was left confused and blankly stared at the slammed door.

"OH JADI ANDA ANGGAP SAYA TIDAK BISA MELAKUKAN APA YANG KALIAN BISA? GITU??!!!" Tantang seorang pekerja wanita ke atasannya, dia begitu kesal.
Dan lalu Si Pak Bos bertanya dengan lembut, "Apa Anda benar ingin terjun ke lapangan dan jadi penambang?"
"YA AMPUN! SEKARANG ANDA MAU SAYA PERGI KE TEMPAT JOROK DAN GA PAKE MAKE UP?" Semakin kesal, lanjutnya, "TERSERAH! SAYA BERHENTI KERJA DISINI!"
Semua orang yang berada di ruang rapat kebingungan dan hanya dapat menatap dalam diam pintu yang baru saja di banting.

Friday, May 13, 2016

Baper

Temen-temenku seneng bercanda, bercandanya berlebihan tapi nggak pernah kita masukin ke hati.
"Ah, dasar kamu wajah kayak onde-onde gitu pede banget!" Wajah onde-onde itu maksudnya banyak jerawatnya. Langsung aja hal ini membuat kami semua tertawa termasuk aku. Mereka semua bukan menertawakanku, tapi tertawa bersamaku.

Malam ini sudah pukul dua, dan aku tidak bisa tidur, terus saja berkaca dan mengoles wajah dengan krim jerawat, "ih, masa sih wajah ku jerawatnya sebanyak itu?"

Sarah Astro, 14 Mei 2016

Thursday, May 12, 2016

BERTAMU


            Siapa yang pernah siap menghadapi seorang teman—atau bahkan siapapun—bertamu dengan penuh darah diseluruh tubuhnya? Di hadapanku, ia ada. Mungkin aku terlalu berlebihan. Tidak seluruhnya. Wajahnya tidak penuh darah, hanya darah kering di sisi pelipisnya. Tapi selain itu aku tidak mengada-ngada. Badannya yang berbalut kaus dan rok bunga-bunga selutut memang penuh merah. Matanya kosong namun liar melirik sana sini. Kemudian menatapku dengan tatapan memelas. Giginya bergemerutuk, kedua tangannya menggenggam kuat sebuah tas besar hitam bercampur merah pekat. Bau anyir darah menguar kuat dari tas itu dan badannya. Aku menahan pekik dengan kedua tanganku. Napasku tertahan. Aku menariknya masuk melewati pintu dengan mata awas dan gerak cepat.
Entah bagaimana bentuknya tatapanku dan ekspresi wajahku ini tertangkap oleh mata kosongnya. Tubuhku menjelma kaku. Kemudian napasku patah-patah. Apa yang harus kulakukan?  
“Ra, bantu aku!” airmatanya luruh.
            Aku masih kaku.
Siapa yang pernah siap menghadapi seorang teman yang datang dengan darah di seluruh tubuhnya?
***
            Aku tidak pernah setuju dengan orang-orang yang selalu menakuti malam dan gelap. Tapi, nampaknya malam ini aku harus setuju dengan orang-orang yang takut akan malam. Malam ini, ketika pemukiman sudah benar-benar senyap. Rambut-rambut halus ditubuhku meremang. Malam ini temanku sendiri menyeret sebuah tas besar kedalam rumahku. Lantai putihku kini berbalut merah darah.
Ia masih terisak sambil terus berkata, “Bantu aku, Ra”
“A.. ad. ada apa? Apa yang terjadi, Wi?” aku mulai memberanikan diriku bertanya setelah mendudukan Dewi pada kursi kayu di ruang tamu. Butuh keberanian untuk mendudukan seseorang penuh darah di rumah yang hanya tinggal aku seorang diri. Tapi, otakku terlalu beku untuk memikirkan hal lain.
Ia masih terisak.
Sambil menunggu jawabannya. Aku mengatur napasku, juga mengatur kisruh dalam ruang-ruang kepalaku. Kisruhkah juga pikiranmu, Wi?
“Aku kena kutukan, Ra!” Dewi kemudian berkata dengan suara yang begitu pilu. Badan ringkihnya berguncang-guncang.
Mataku melebar. Sesekali aku melirik pada tas besar hitam yang Dewi bawa. Noda darah merah tua terlihat merembesi tasnya.  Kebingungan—lebih tepatnya ketakutan—telah meringkusku seketika. “Kutukan? Maksudmu, Wi?”
Aku berharap aku tidak bertanya padanya, jika ternyata jawabannya akan begitu semengerikan ini, “Aku dirasuki, Ra! Aku sepertinya membunuh seseorang. Aku tidak tahu siapa. Aku tidak ingat. Tapi ketika aku sadar. Aku sudah berdiri memegang golok penuh darah. Ada sesosok mayat di hadapanku sudah terpotong-potong…” Ia membekap mulutnya sambil terus sesenggukan.
“Aku berteriak. Tapi tidak ada seorangpun di rumahku. Aku takut, Ra. Aku takut,” Matanya makin membelalak. Kedua tangannya mendekap dirinya sendiri. Mencoba untuk menahan guncangan tubuhnya yang semakin menjadi-jadi, “Aku bingung. Aku.. Aku.. Aku menyimpan potongan tubuh mayat itu kedalam tas. Aku bingung harus kemana. Tanpa sadar aku sudah sampai di rumahmu dengan membawa tas ini. tolong aku! Apa yang harus aku lakukan! Jangan laporkan aku! Tolong! Aku bukan pembunuh”
Ia mulai berteriak histeris dan begitu memilukan. Aku menutup mulutku. Kemudian tidak sadar tubuhku ikut berguncang hebat. Air mataku kemudian mengalir. Aku mengunci Dewi dalam dekapanku takut-takut. Satu sisi hatiku berteriak segera kabur dan menjauhi rumah itu, satu sisi lainnya tidak ingin meninggalkan Dewi yang kebingungan dan ketakutan. Entah mana yang harus aku percaya.
Mulut yang sedari tadi kusumpal diam, entah bagaimana kemudian mengeluarkan suara penuh getar, “Wi, mungkin kamu bukan kerasukan. Mungkin ini tentang jiwamu. Kamu mungkin sudah benar-benar membunuh.”Aku teringat kasus-kasus kejiwaan di film-film. Kepribadian ganda, sleep disorder, dan kasus lainnya. Tidak ada lagi logika selain itu. Terlebih logika kerasukan yang entah dari mana datangnya.
“Maafkan aku, Wi. Kita harus segera lapor polisi. Tas mayat ini harus segera disingkirkan.” Aku masih memeluknya takut-takut. Berharap ia tenang dan tidak menggila disini. Aku tidak bisa menerima mayat dan pembunuhnya begitu saja di rumah, kan? Sekalipun itu Dewi. Ini harus segera dilaporkan, bukan? Pikiranku terus kisruh. Jantungku berdebum begitu keras. Kemudian aku merasakan tubuh dewi yang berhenti berguncang seketika. Ia melepaskan diri dari dekapanku dan menatapku dengan tatapan tombak. Aku beku.
****
Malam itu bahkan benda langit pun ragu menyaksikan suasana pilu di bawahnya. Seorang anak perempuan dengan rok bunga-bunga kini menyeret dua tas besar dengan aroma darah melewati jalan aspal di tengah pemukiman yang sepi—yang orang-orangnya sudah terlelap, yang petugas rondanya sedang sibuk tidur atau mungkin tertutup pandangannya oleh asap-asap rokok dan kartu-kartu remi.
Wajah Dewi—perempuan itu—begitu pucat seolah-olah cahaya wajahnya telah dicabut paksa. Mungkin bukan karena darah di sekujur tubuhnya, atau kemungkinan bahwa dirinya telah memotong-motong tubuh manusia. Tapi, mungkin karena tidak ada yang mau percaya pada dirinya. Bahkan temannya sendiri. Bahkan dirinya sendiri.  
Perempuan dengan rok bunga-bunga merah pekat itu menyeret dua tas besar aroma darah, salah satunya adalah mayat dari rumah yang tadi ia datangi, menuju rumah lain.
Tidak ada yang pernah siap menyambut teman yang penuh darah. Tapi, bukankah selalu ada tempat bagi tiap jiwa, Pikir perempuan itu.
Siapa yang pernah siap menghadapi seorang teman yang datang dengan penuh darah diseluruh tubuhnya? Kali ini ditambah dua tas besar dengan aroma darah. Salah satunya aku. Jika ada yang mengetuk-ngetuk pintumu malam nanti. Siapkah kamu?


Sara Fiza

Di ruang tamu rumah malam itu

Tuesday, May 10, 2016

OTHER SIDE-SISI LAIN

By
Nugra Gente

Every night I cannot go to sleep because everytime I want to, they scream from the other side of my mirror.


Setiap malam kutak bisa tidur, sebab setiap kali aku berusaha memejamkan mata, mereka berteriak dari sisi lain cerminku.

Friday, May 6, 2016

Chatting

Sudah jam 2 pagi dan aku masih asyik watsap an dengan Fika, sahabatku sejak tingkat 1 dulu, dan kita sekarang sedang menyusun skripsi. Chatting dengannya adalah cara terbaik menghilangkan penat karena skripsi.
Aku keluar kamar sebentar, mengetuk pintu sebelah kosan, "Fika, chattingnya bsk lagi ya. Abis kuota nih hehe"

Sarah Astro, 6 Mei 2016



Thursday, May 5, 2016

BERITA


Seorang gadis terperangah membaca berita di koran tentang jasadnya sendiri ditemukan di pesisir pantai.

Tuesday, May 3, 2016

Meow - Meong

By
Nugra Gente

Meooowww... Meooow... Meeoooooww. Listen to that chanting of the cats before you go to sleep at night. Aren't they beautiful? Hell yeah they are. Do me a favor, readers... When you go to bed tonight and if you are lucky enough hearing their voices, just quietly listen to them, very carefully. And keep wishing in your heart that they don't stop meowing. Because once they are silent, they are silenced by the arriving of a little boy who lives underneath your house.

...

Ngeooongg... Ngeoong... Ngeooong. Coba dengarlah nyanyian para kucing sebelum kau tidur tiap malam. Indah, 'kan? Ya, memang. Aku ingin kalian melakukan satu hal, readers... Saat kau hendak tidur malam ini dan itu pun jika kau beruntung bisa mendengar mereka, maka dengarlah mereka mengeong, dengan saksama. Dan berharaplah mereka tidak tiba-tiba diam. Karena sekali mereka berhenti, mereka dibungkam oleh anak kecil yang menunggu bawah rumahmu.

Author's note; Enjoy our flash fiction || Nikmati fiksi mini kami.

Saturday, April 30, 2016

Kelu

Sudah belasan tahun aku tak bisa menyanyikan dua  baris terakhir lagu yang guru SD ku dulu ajarkan, lagu yg seharusnya mudah sekali, namun entah mengapa lidahku kelu saat mengucapkan dua baris terakhirnya,

 Tanah Air, ku tidak kulupakan
Kan ku kenang selama hidupku
Biarpun saya, pergi jauh
Tak akan hilang dari kalbu
Tanahku yang ku cintai
Engkau kuhargai..

Iya, dua baris terakhir itu sulit kuucapkan sudah hampir 15 tahun ini, karena Ayahku sudah sejak 15
tahun membusuk di penjara karena kedapatan mencuri singkong di kebun tetangga untuk makan keluarga kami yang sudah 5 hari berebut makanan dari tong sampah dengan kucing liar.


Astro, 30 april 2016






Wednesday, April 27, 2016

Minta Jemput

Pak, cepat jemput aku. Disini gelap sekali
Sabar ya, sayang. Sebentar.

Setelah Pak Asep membalas deretan sms dari istrinya, Ia bergegas mengambil pacul dan lampu petromaks menuju kuburan istrinya.



-Terimakasih telah membaca fiksi mini kami. ikuti terus 3kengkawan untuk dosis fiksi mini setiap minggu.-

Monday, April 25, 2016

Happiness - Kebahagiaan

By
Nugra Gente

When I woke up in the morning, I did not see him in our bed anymore. I looked for him everywhere in our house. He wasn't anywhere. I started thinking to check around neighborhood, but when I opened up the front door he was there standing with flowers and a poem in his hands. My beloved husband gave me roses, wrote me a sweet words in rhyme, later in the same morning he took me to a picnic. He had been romantic like never before. I wish the feelings could last forever, oh my sweet darling, until we went to bed. Then I saw a long haired lady sitting in the corner of our room. Blood bathed. Crying.

Ketika bangun pagi ini, tak kutemukan Ia diranjang kami. Sudah kucari keseluruh penjuru rumah, Tak jua kutahu keberadaannya. Aku pun bermaksud mencarinya disekitar perumahan, namun saat kubuka pintu Ia sudah berdiri menggenggam rangkaian bunga dan puisi. Suamiku tercinta menghantar mawar untukku, juga menuliskan kalimat yang manis, setelahnya pun membawaku piknik. Dia begitu romantis tak seperti biasa. Kuharap perasaan ini abadi untuk selamanya, sayangku, hingga sampai diwaktu kita hendak tidur. Kulihat perempuan berambut panjang duduk di sudut kamar. Bersimbah darah. Menangis lirih.

**Inspired by real event

Author's note: Enjoy our flash fiction || Selamat menikmati fiksi mini kami.

Friday, April 22, 2016

Kesana Kemari Mencari Alamat Dungdung..

"Din, janjian dimana? Aku gatau daerah situ kan." Aku mengirim pesan via WA pada Dina.
"Di toko jaya abadi ya jam sepuluh. Pokonya setelah turun angkot di jalan teukukur, kamu berenti di perempatan jalan dikit nanti nemu tukang sayur mang uju yang disampingnya ada minimarket."
"Hmmm, aku taunya daerah teukukur ada warungnya ceu Eha yang dagang asin. Itu sebelah mananya tukang sayur mang uju?" Aku bertanya lagi.
Dina lalu membalas cepat, "kamu tau gak tukang cukur Mang Uung yang terkenal di fb itu? Nah, tiga blok dari situ ada tukang asin ceu Eha, jalan dikit aja ke kanan, nanti ada tukang sayur mang uju. Nah depannya toko jaya abadi."
"Aduh aku lupa wajah mang uung, oke deh nanti aku cari aja." Lalu aku bergegas membuka google map untuk mencari alokasi tempat cukur mang uung.
Dan aku merasa kalau kebodohan mengikutiku kemana-mana ketika aku baru kepikiran setelah berada di depan tukung mang uung, kenapa tidak langsung mencari toko jaya abadi.
Astro, 23 april 2016







Posted on by kengkawan | 1 comment

Wednesday, April 20, 2016

WAJAH

Wajahku mendadak panas, napasku tersengal-sengal saking kesalnya. Entah aku target keberapa.
"Berhenti meniru rupa wajahku!" Teriakku padanya.
Ia berlari dan berteriak-teriak tidak mau. Gawat! Kalau sampai 30 menit ia tidak tertangkap. Wajahku akan hilang selamanya. Berpindah pada kepalanya.
Selamanya.

Tuesday, April 19, 2016

FREEZING - MENDINGIN

By
Nugra Gente

Everytime when suddenly you start feeling a little cold around your toes, there is something touching your feet trying to get possession over your  body.

...

Setiap kali kau mulai merasakan dingin di ujung kakimu, saat itulah mereka menyentuhmu mencoba merasuki tubuhmu. 

Author's note: enjoy our flash fiction || selamat menikmati fiksi mini kami. 

Sunday, April 17, 2016

PLAGIARISME

PAINTING
By
Nugra Gente

One day a famous artist ran an art gallery, his first masterpiece was a little red dot painted on a huge white canvas. He explained to people who came by, "it's rage around goodness. It's my first painting." He said so proudly. 
Then a child approached, took a paper and a red crayon out of his backpack. He started drawing what he saw. 
The artist began to talk, "oh you are learning to copy MY art, aren't you little guy?" 
The child stopped what he was doing, "I'm not copying. I'm just learning!" 
The artist insisted, "But you ARE copying." 
"I'M NOOOT!!" 
"hey stop it! That's just another painting which looks just like my country's flag!" said a narrowed eyes guy across the room wearing a tourist hat.

 NASKAH 
Oleh
Sara Fiza

Ia mengangkat setumpuk naskah novel dengan bangga di tengah riuh kilatan kamera dan ratusan pasang mata.  "Inilah draft novel terbaik saya. Novel pamungkas saya" katanya sumringah. Dalam sorotan kamera, seorang penulis dunia yang karyanya selalu ditunggu-tunggu menjadi primadona. Sebuah masterpiece telah lahir kembali. Tepuk tangan membahana.
Di rumahnya aku berada. Menggelepar-gelepar kehabisan darah. Naskahku baru saja diambil  paksa. Lagi.

SURAT ANTRIAN
Oleh
Sarah Astro

Aku selalu kehilangan akal bagaimana caranya menghindari Mr. Royyan agar tidak memaksaku disuntik. 
Sudah 2 bulan terpaksa aku harus disuntik rutin akibat penyakitku ini. 
Karena sangat ketakutan untuk disuntik, hari ini aku mencari cara lain yang lebih aman. Yaitu mengganti data asli antrianku, memplagiasi data seseorang yang kutemukan di ruangan Mr. royyan kemarin. 
Tapi kemudian aku dipanggil suster dan dibawa dengan kursi roda ke ruangan bedah. 
"Ada apa?" Tanyaku tak mengerti. 
Lalu setelah aku masuk ke ruang bedah, dokter disana berkata, "jadi, ini pasien yang mau diamputasi tangannya itu? " 

Authors' note: Enjoy our little flash fictions || Selamat menikmati fiksi mini kami. 

Thursday, April 14, 2016

Lapar Pisan

Aku merunduk, mengendap-endap. Dan Hap! Aku mendapatkannya.

Dengan wajah yang bahagia, aku membawa hasil buruanku kepada ibu.
"Bu... aku mendapatkannya! Hari ini kita bisa makan!" Ucapku bahagia lalu memberikan hasil buruanku pada ibu.
Kulihat ibu menyeka air matanya dengan ujung kerudung coklatnya.
"alhamdulillah akhirnya ibu bisa masak. Kamu siapin piring, ya!"
"Siap bu" ucapku bahagia.
Lalu tak lama, makanan terhidang di hadapan kami. Nasi putihnya memang hanya cukup untuk makan setengah porsi saja karena beras-beras itu kami kumpulkan selama satu minggu ini dari halaman tukang beras di pasar yang  beras-berasnya berceceran. Yah,  tapi lumayan lah daripada kami tidak makan untuk yang kelima harinya.
Tiba-tiba, Kakakku yang tak bisa bicara melompat dari duduknya dengan wajah ketakutan.
"Kenapa, kak?" Tanya ku khawatir, soalnya anak berkebutuhan khusus seperti kakakku ini sering sekali bertingkah aneh.
"Itu, makanannya bergerak!" Ucap adikku Ayana setelah mendekatkan matanya ke makanan.
"Oh, ibu lupa melepas ekornya!" Ucap ibu sambil mengambil sendok untuk memotong ekor makanan bergerak tadi.
"Aku juga lupa melepas ekornya saat memburu tadi," ucapku merasa bersalah. "Soalnya cicaknya lincah sekali merayap di dinding kamar. Dan hanya ada 5 ekor yang kulihat layak untuk dimakan."

Sarah astro
15 april 2016

Monday, April 11, 2016

A COUPLE

By
Nugra Gente

 “Will you marry me, Alice?” A boy said while he stood on one of his knees and opened a little box of a ring.
The girl couldn’t hold her tears, “YES! Oh my god I’m the happiest girl on earth!”
They both hugged one another. Flowers grew on their lungs as love was in the air.
A few months later the lovey-dovey couple, Jason and Alice, was married. They held a garden themed ceremony with green spring grasses and pink lilies and roses everywhere.
A year and a half passed, in a cold winter morning a silence broken, Jason yelled at Alice, and either did she. They flamed out arguing over having a baby.
“You are being dramatic, Alice!” Jason screamed his lungs out.
“Am I being dramatic or you’re out of your mind? We cannot have baby, Jason! Our savings aren’t enough to raise a child yet! I don’t want my child to go to public school. Ew!”
“I can have a double job or work overtime!” He continued, “And you can stop buying fancy stuffs, you know?!”
She felt there was an arrow just poked her inside beast, “Now I am to blame?! Oh look at you Saint Jason, going to bar with your friends every night. What is it called again? An alcoholic?”
The fight was going even crazier; they started cursing and swearing. Then Jason left the house and his wife in tears.
A quiet night had come as the girl sat alone at dining table. She stared at her dinner in empty look, even forgot to turn on the light.
Jason opened the front door and quietly stepped inside. He switched on every needed lamp. He saw his wife sitting alone and so silently. He said, “Honey, forgive me, will you?”
The girl finally woke up from her long daydream. She glanced at him, “Let’s talk.”
“I’m sorry for what I said this morning. I really am, Alice.” As he sat on the chair and held his girl’s hand.
She grabbed his hand back and softly said, “I’m sorry too, honey.”
“Thank you.” He smiled.
“Let’s eat.”
Few moments later they both were sleepy and went to the bedroom to have a rest. Jason easily fell asleep but not Alice; she still lied on the bed and blankly gazed at the ceiling. She waited for something, and two hours just gone.
Alice got up, then walked to the dresser looking for something she had hidden. She grabbed its firm handler and stepped back to the bed. Her legs were at ease. Her hands were on the air. At last, without hesitation she swung the baseball bat on her husband face. Braakkk!!! It was really hard the guy lost his life.
The wife took so many tape pieces she had prepared which one side of each attached under her bed. She then hauled her husband dead body and put it into the bathtub. She taped his hands around another at the back and intentionally did the same to his mouth too.
With a happy face she got back to the bedroom and then hit herself with the bat, not quite hard but enough to make her face ugly. By her long sleeves, Alice wiped out the fingerprints on the bat. She then sit on the middle of the bed, calmly tied her legs. Then she continued taping her both hands with a help from her mouth. She put out a plastic and took a really deep breath and put her head inside it. With a little struggle she taped its end on her neck so very tightly so there wouldn’t be even a slight air passed through. The last step, because the girl’s body was elastic, she easily placed her taped hands to her back. She waited her death in piece.


“Hey, Sweet Pea.” I walked into her room to find her playing with her dolls. “What are you doing?”
“I’m playing household with my dolls.” She put the girl one on the stuffed bed.
“Oh. Are they Barbie and Ken?”
“They are Alice and Jason.” She replied.
I was a bit passed out for a millisecond like I was just forgetting something. “Why is the guy sleeping in the tub? Are they fighting?”
“No, Dad. They were married but then they died.” Her innocent voice sounded so cute.
“Oh… That is sad…” and I continued, “now you are going to bed, come on.” I tucked her to bed.
As I walked out of her room, she asked, “Daddy, why did mommy hate me and leave us?”
I was quite confused to answer that, but then I answered, “Well… you are a very special child. Not everyone is worthy to have you by their side.” I smiled. “Good night”
“Night, Daddy.”
In the very next morning I woke her up and we both rushed to meet her doctor.
“Have you brushed your teeth?” as I pinched her face.
“Yessss”
“Come on… come on… we gotta hurry to see your doctor.”
She got in the car. I saw her holding the dolls in her arms. “Oh, they comin’?”
“Yes. Of course. They are my besties.”
“Sure.” I fastened her seatbelt.
As some houses passed through, I slowly stopped my car. There were so many people crowding around a green painted house at the corner of the street. I was curious and I cared to ask a woman nearby, “Hey, What happened?”
“A homicide. The police said so.”
My baby girl poked me and asked what happened. I explained in very kid friendly words.
“Who lived here?” I asked again.
“Jason and Alice. A very young couple. Such a miserable ending.”
I checked my watch, “Excuse me, gotta go.”
As I fastened my seatbelt again, I caught a glance my baby girl pulling up both sides of her lips. So did the dolls.

THE END

Saturday, April 9, 2016

MAMAN


PENCURI HATI
Oleh Sara Fiza

Maman namanya. Entah kenapa setiap kedatangannya, setiap hati bisa ia curi seketika. Kemudian, Ia makan selagi masih segar tercerabut dari tubuh pemiliknya.

***

A QUESTION
By Nugra Gente

"Oh this is so easy." said a student after reading a math test then wrote down the answer. Then come to the next problem, it said
"Fiza buys 23 watermelons for a carnival and puts them on her truck. As on her way home, She meets Astro and gets 45 more. But when loading down the watermelons, she finds out 17 of them are bad watermelons. So how many oranges does Maman have?" 
She mumbling in a confusion, "Who the fuck is Maman?"

***

SIAPA MAMAN?
Oleh Sarah Astro

"Kamu kapan nih, pake toga? aku khawatir ih kamu nggak lulus-lulus. Udah mau enam tahun juga kuliah. Siapa dosen pembimbingnya, Rin?" Anes bertanya dengan mulut penuh batagor. 

"Maman" jawabku pendek. 

"Hah, siapa Maman? Ada gitu, dosen kita namanya Pak Maman?" Dia bertanya lagi-lagi dengan mulut yang masih penuh dengan batagor. 

"Oh ada kali ya, aku aja yang udah jarang ke kampus. Hahaha ngapain juga udah lulus ke kampus." 

Belum sempet aku jawab, dia udah ngomong lagi. "Eh, rin. Dua bulan lagi aku mau nikah. Doain ya, maafin baru ngabarin, habisnya kamu ilang terus sih. Di kontak nggak bisa." Tuturnya sambil membuka botol air mineral, kayaknya dia keselek tuh. 

"Selamat ya, sing*  barokah pernikahannya." Ucapku dengan senyum mengembang melihat Anes yang makan sama ngomong sama-sama cepet. 

"Terus kamu kapan, Rin?" 

"Kapan apanya?" 

"Kapan nyusul nikah? Kamu udah ada calon, kan ya?" 

"Iya, Maman." 

"Eh, kok Maman. Siapa Maman? Kenapa calon kamu sama dosen pembimbing kamu sama namanya, sih?" Tanya Anes dengan mengernyitkan dahi.

"Maman lah, pokoknya mah." Jawabku lagi dengan singkat. "Ah, gampang lah ya, nanti kalau mau nikah mah kabarin aku, ya! Hehe" Anes ketawa sambil mukul pundakku dua kali. 

"Rin, bos ku di kantor nyebelin, tau Rin! Masa yah, aku cuma izin pake internet buat liat online shop aja kena SP, geura! Kan pelit banget yah." Anes udah biasa cepet ganti topik kalau lagi ngomong. Awalnya cuma ngomongin tempe nanti bisa-bisa ngomongin tante sebelah kosannya yang make up nya menor. 

"Sabar lah, Nes! Namanya juga dunia kerja. Lagian kamu nggak penting banget buka online shop pake internet di kantor." Kataku sok bijak. 

"Iya nih, Rin. Gini dunia kerja teh, keras. Nanti kamu rencana mau kerja dimana, Rin kalau udah lulus?" 

"Maman aja lah," aku jawab lagi dengan singkat. "Ih, kamu mah ditanyain teh dari tadi Maman lagi, Maman lagi, siapa sih Maman? Aku kenal, enggak?" Kata Anes yang kini sambil ngunyah sukro.

"Maman weh lah, pokonya mah!" Jawabku. 

"Iya, siapa Maman?"

"Iya, Maman. KuMa Maneh* ! Terserah mau nanya apa, kuMa Maneh weh lah! Udah yah, aku mau nemuin dosen pembimbing dulu." Aku langsug pergi dan meninggalkan Anes yang menurunkan kecepatan ngunyahnya sambil melongo. 



Keterangan:
*Sing(Bahasa sunda)=Semoga
*Kuma Maneh/Kumaha Maneh (Bahasa Sunda) = Terserah Lu aja dah!

Friday, April 8, 2016

SEPERTI KUCING



Oleh Sarah Astro 


Kucingku, adalah kucing termanis sedunia.
Setiap kali aku makan, dia melihatku dengan tatapan mata yang berbinar menyilaukan. Membuat siapa saja yang melihatnya akan kasihan, lalu memberinya makan.

Suatu hari aku sedang makan ayam goreng tepung buatan ibu, kucingku melihatku dengan tatapannya yang syahdu. Lalu karena tak kuat melihat tatapan matanya, ku beri dia sepotong ayam dari piringku.

Lalu, apakah aku harus menatapmu syahdu dengan mata berbinar, agar kau mau memberikan itu kepadaku?

Ya,memberikan hatimu...


ALBUM BIRU

Oleh: Sarah Astro


Aku senang melihat video klip Melly Goeslaw. Itu loh, lagunya yang terkenal itu. Bunda.
Lagunya menyentuh hati apalagi ketika model nya yang cantik membuka album setelah sebelumnya meniup album yang penuh debu.

Lalu suatu hari aku melihat album foto di kolong meja di samping tv. Dengan sedikit bergaya sok nostalgia, aku meniru model di lagunya Melly goeslaw. Mengambil album foto, mengusap debu yang menutupinya, lalu meniupnya perlahan.
Lalu tiba-tiba aku batuk.
Batuk lagi.
Tak berhenti.
Semakin menjadi.

Dan besoknya setelah aku periksa ke dokter, katanya aku terkena bronkhitis.

Pelajaran berharga bagiku adalah, jika album foto berdebu, jangan sok cantik meniup lembut.
Nanti batuk kayak aku.

Sarah astro,
8 april 2016

Thursday, April 7, 2016

Donor

oleh
 Sara Fiza

Ketika anaknya dikabarkan membutuhkan donor jantung sesegera mungkin,
Seorang ibu berdiri dengan jantung di tangan kanannya dan dengan dada kiri yang masih berlubang.

Tuesday, April 5, 2016

BELIEVING - PERCAYA


By
Nugra Gente

Have you ever believed in ghost, or monster or spirit or whatever you call them? I didn't believe their existence at all, I had been searching for them my whole life in the basement, under my bed, at the kitchen in the middle of the night. They weren't there. Until today I realize that they actually ride on my back. All the time. Everyday. Everywhere. And each one of you have it too. There they hug you, grinning from your back.

Pernahkah kalian percaya akan hantu, setan, genderuwo, kuntilanak atau apapun itu? Aku awalnya tak mempercai keberadaan mereka. Sebab aku sudah mencarinya selama ini di besmen, di kolong ranjang, atau di dapur pas tengah malam. Namun tak kutemukan sama sekali. Hingga hari ini aku menyadari bahwa mereka ternyata duduk manis bergelayutan di punggungku. Setiap hari. Dimana saja. Dan kalian semua juga memilikinya. Ya, mereka memelukmu menyeringai dari belakang.

April 5, Tuesday
2016
Nugra Gente.