Saturday, April 30, 2016

Kelu

Sudah belasan tahun aku tak bisa menyanyikan dua  baris terakhir lagu yang guru SD ku dulu ajarkan, lagu yg seharusnya mudah sekali, namun entah mengapa lidahku kelu saat mengucapkan dua baris terakhirnya,

 Tanah Air, ku tidak kulupakan
Kan ku kenang selama hidupku
Biarpun saya, pergi jauh
Tak akan hilang dari kalbu
Tanahku yang ku cintai
Engkau kuhargai..

Iya, dua baris terakhir itu sulit kuucapkan sudah hampir 15 tahun ini, karena Ayahku sudah sejak 15
tahun membusuk di penjara karena kedapatan mencuri singkong di kebun tetangga untuk makan keluarga kami yang sudah 5 hari berebut makanan dari tong sampah dengan kucing liar.


Astro, 30 april 2016






Wednesday, April 27, 2016

Minta Jemput

Pak, cepat jemput aku. Disini gelap sekali
Sabar ya, sayang. Sebentar.

Setelah Pak Asep membalas deretan sms dari istrinya, Ia bergegas mengambil pacul dan lampu petromaks menuju kuburan istrinya.



-Terimakasih telah membaca fiksi mini kami. ikuti terus 3kengkawan untuk dosis fiksi mini setiap minggu.-

Monday, April 25, 2016

Happiness - Kebahagiaan

By
Nugra Gente

When I woke up in the morning, I did not see him in our bed anymore. I looked for him everywhere in our house. He wasn't anywhere. I started thinking to check around neighborhood, but when I opened up the front door he was there standing with flowers and a poem in his hands. My beloved husband gave me roses, wrote me a sweet words in rhyme, later in the same morning he took me to a picnic. He had been romantic like never before. I wish the feelings could last forever, oh my sweet darling, until we went to bed. Then I saw a long haired lady sitting in the corner of our room. Blood bathed. Crying.

Ketika bangun pagi ini, tak kutemukan Ia diranjang kami. Sudah kucari keseluruh penjuru rumah, Tak jua kutahu keberadaannya. Aku pun bermaksud mencarinya disekitar perumahan, namun saat kubuka pintu Ia sudah berdiri menggenggam rangkaian bunga dan puisi. Suamiku tercinta menghantar mawar untukku, juga menuliskan kalimat yang manis, setelahnya pun membawaku piknik. Dia begitu romantis tak seperti biasa. Kuharap perasaan ini abadi untuk selamanya, sayangku, hingga sampai diwaktu kita hendak tidur. Kulihat perempuan berambut panjang duduk di sudut kamar. Bersimbah darah. Menangis lirih.

**Inspired by real event

Author's note: Enjoy our flash fiction || Selamat menikmati fiksi mini kami.

Friday, April 22, 2016

Kesana Kemari Mencari Alamat Dungdung..

"Din, janjian dimana? Aku gatau daerah situ kan." Aku mengirim pesan via WA pada Dina.
"Di toko jaya abadi ya jam sepuluh. Pokonya setelah turun angkot di jalan teukukur, kamu berenti di perempatan jalan dikit nanti nemu tukang sayur mang uju yang disampingnya ada minimarket."
"Hmmm, aku taunya daerah teukukur ada warungnya ceu Eha yang dagang asin. Itu sebelah mananya tukang sayur mang uju?" Aku bertanya lagi.
Dina lalu membalas cepat, "kamu tau gak tukang cukur Mang Uung yang terkenal di fb itu? Nah, tiga blok dari situ ada tukang asin ceu Eha, jalan dikit aja ke kanan, nanti ada tukang sayur mang uju. Nah depannya toko jaya abadi."
"Aduh aku lupa wajah mang uung, oke deh nanti aku cari aja." Lalu aku bergegas membuka google map untuk mencari alokasi tempat cukur mang uung.
Dan aku merasa kalau kebodohan mengikutiku kemana-mana ketika aku baru kepikiran setelah berada di depan tukung mang uung, kenapa tidak langsung mencari toko jaya abadi.
Astro, 23 april 2016







Posted on by kengkawan | 1 comment

Wednesday, April 20, 2016

WAJAH

Wajahku mendadak panas, napasku tersengal-sengal saking kesalnya. Entah aku target keberapa.
"Berhenti meniru rupa wajahku!" Teriakku padanya.
Ia berlari dan berteriak-teriak tidak mau. Gawat! Kalau sampai 30 menit ia tidak tertangkap. Wajahku akan hilang selamanya. Berpindah pada kepalanya.
Selamanya.

Tuesday, April 19, 2016

FREEZING - MENDINGIN

By
Nugra Gente

Everytime when suddenly you start feeling a little cold around your toes, there is something touching your feet trying to get possession over your  body.

...

Setiap kali kau mulai merasakan dingin di ujung kakimu, saat itulah mereka menyentuhmu mencoba merasuki tubuhmu. 

Author's note: enjoy our flash fiction || selamat menikmati fiksi mini kami. 

Sunday, April 17, 2016

PLAGIARISME

PAINTING
By
Nugra Gente

One day a famous artist ran an art gallery, his first masterpiece was a little red dot painted on a huge white canvas. He explained to people who came by, "it's rage around goodness. It's my first painting." He said so proudly. 
Then a child approached, took a paper and a red crayon out of his backpack. He started drawing what he saw. 
The artist began to talk, "oh you are learning to copy MY art, aren't you little guy?" 
The child stopped what he was doing, "I'm not copying. I'm just learning!" 
The artist insisted, "But you ARE copying." 
"I'M NOOOT!!" 
"hey stop it! That's just another painting which looks just like my country's flag!" said a narrowed eyes guy across the room wearing a tourist hat.

 NASKAH 
Oleh
Sara Fiza

Ia mengangkat setumpuk naskah novel dengan bangga di tengah riuh kilatan kamera dan ratusan pasang mata.  "Inilah draft novel terbaik saya. Novel pamungkas saya" katanya sumringah. Dalam sorotan kamera, seorang penulis dunia yang karyanya selalu ditunggu-tunggu menjadi primadona. Sebuah masterpiece telah lahir kembali. Tepuk tangan membahana.
Di rumahnya aku berada. Menggelepar-gelepar kehabisan darah. Naskahku baru saja diambil  paksa. Lagi.

SURAT ANTRIAN
Oleh
Sarah Astro

Aku selalu kehilangan akal bagaimana caranya menghindari Mr. Royyan agar tidak memaksaku disuntik. 
Sudah 2 bulan terpaksa aku harus disuntik rutin akibat penyakitku ini. 
Karena sangat ketakutan untuk disuntik, hari ini aku mencari cara lain yang lebih aman. Yaitu mengganti data asli antrianku, memplagiasi data seseorang yang kutemukan di ruangan Mr. royyan kemarin. 
Tapi kemudian aku dipanggil suster dan dibawa dengan kursi roda ke ruangan bedah. 
"Ada apa?" Tanyaku tak mengerti. 
Lalu setelah aku masuk ke ruang bedah, dokter disana berkata, "jadi, ini pasien yang mau diamputasi tangannya itu? " 

Authors' note: Enjoy our little flash fictions || Selamat menikmati fiksi mini kami. 

Thursday, April 14, 2016

Lapar Pisan

Aku merunduk, mengendap-endap. Dan Hap! Aku mendapatkannya.

Dengan wajah yang bahagia, aku membawa hasil buruanku kepada ibu.
"Bu... aku mendapatkannya! Hari ini kita bisa makan!" Ucapku bahagia lalu memberikan hasil buruanku pada ibu.
Kulihat ibu menyeka air matanya dengan ujung kerudung coklatnya.
"alhamdulillah akhirnya ibu bisa masak. Kamu siapin piring, ya!"
"Siap bu" ucapku bahagia.
Lalu tak lama, makanan terhidang di hadapan kami. Nasi putihnya memang hanya cukup untuk makan setengah porsi saja karena beras-beras itu kami kumpulkan selama satu minggu ini dari halaman tukang beras di pasar yang  beras-berasnya berceceran. Yah,  tapi lumayan lah daripada kami tidak makan untuk yang kelima harinya.
Tiba-tiba, Kakakku yang tak bisa bicara melompat dari duduknya dengan wajah ketakutan.
"Kenapa, kak?" Tanya ku khawatir, soalnya anak berkebutuhan khusus seperti kakakku ini sering sekali bertingkah aneh.
"Itu, makanannya bergerak!" Ucap adikku Ayana setelah mendekatkan matanya ke makanan.
"Oh, ibu lupa melepas ekornya!" Ucap ibu sambil mengambil sendok untuk memotong ekor makanan bergerak tadi.
"Aku juga lupa melepas ekornya saat memburu tadi," ucapku merasa bersalah. "Soalnya cicaknya lincah sekali merayap di dinding kamar. Dan hanya ada 5 ekor yang kulihat layak untuk dimakan."

Sarah astro
15 april 2016

Monday, April 11, 2016

A COUPLE

By
Nugra Gente

 “Will you marry me, Alice?” A boy said while he stood on one of his knees and opened a little box of a ring.
The girl couldn’t hold her tears, “YES! Oh my god I’m the happiest girl on earth!”
They both hugged one another. Flowers grew on their lungs as love was in the air.
A few months later the lovey-dovey couple, Jason and Alice, was married. They held a garden themed ceremony with green spring grasses and pink lilies and roses everywhere.
A year and a half passed, in a cold winter morning a silence broken, Jason yelled at Alice, and either did she. They flamed out arguing over having a baby.
“You are being dramatic, Alice!” Jason screamed his lungs out.
“Am I being dramatic or you’re out of your mind? We cannot have baby, Jason! Our savings aren’t enough to raise a child yet! I don’t want my child to go to public school. Ew!”
“I can have a double job or work overtime!” He continued, “And you can stop buying fancy stuffs, you know?!”
She felt there was an arrow just poked her inside beast, “Now I am to blame?! Oh look at you Saint Jason, going to bar with your friends every night. What is it called again? An alcoholic?”
The fight was going even crazier; they started cursing and swearing. Then Jason left the house and his wife in tears.
A quiet night had come as the girl sat alone at dining table. She stared at her dinner in empty look, even forgot to turn on the light.
Jason opened the front door and quietly stepped inside. He switched on every needed lamp. He saw his wife sitting alone and so silently. He said, “Honey, forgive me, will you?”
The girl finally woke up from her long daydream. She glanced at him, “Let’s talk.”
“I’m sorry for what I said this morning. I really am, Alice.” As he sat on the chair and held his girl’s hand.
She grabbed his hand back and softly said, “I’m sorry too, honey.”
“Thank you.” He smiled.
“Let’s eat.”
Few moments later they both were sleepy and went to the bedroom to have a rest. Jason easily fell asleep but not Alice; she still lied on the bed and blankly gazed at the ceiling. She waited for something, and two hours just gone.
Alice got up, then walked to the dresser looking for something she had hidden. She grabbed its firm handler and stepped back to the bed. Her legs were at ease. Her hands were on the air. At last, without hesitation she swung the baseball bat on her husband face. Braakkk!!! It was really hard the guy lost his life.
The wife took so many tape pieces she had prepared which one side of each attached under her bed. She then hauled her husband dead body and put it into the bathtub. She taped his hands around another at the back and intentionally did the same to his mouth too.
With a happy face she got back to the bedroom and then hit herself with the bat, not quite hard but enough to make her face ugly. By her long sleeves, Alice wiped out the fingerprints on the bat. She then sit on the middle of the bed, calmly tied her legs. Then she continued taping her both hands with a help from her mouth. She put out a plastic and took a really deep breath and put her head inside it. With a little struggle she taped its end on her neck so very tightly so there wouldn’t be even a slight air passed through. The last step, because the girl’s body was elastic, she easily placed her taped hands to her back. She waited her death in piece.


“Hey, Sweet Pea.” I walked into her room to find her playing with her dolls. “What are you doing?”
“I’m playing household with my dolls.” She put the girl one on the stuffed bed.
“Oh. Are they Barbie and Ken?”
“They are Alice and Jason.” She replied.
I was a bit passed out for a millisecond like I was just forgetting something. “Why is the guy sleeping in the tub? Are they fighting?”
“No, Dad. They were married but then they died.” Her innocent voice sounded so cute.
“Oh… That is sad…” and I continued, “now you are going to bed, come on.” I tucked her to bed.
As I walked out of her room, she asked, “Daddy, why did mommy hate me and leave us?”
I was quite confused to answer that, but then I answered, “Well… you are a very special child. Not everyone is worthy to have you by their side.” I smiled. “Good night”
“Night, Daddy.”
In the very next morning I woke her up and we both rushed to meet her doctor.
“Have you brushed your teeth?” as I pinched her face.
“Yessss”
“Come on… come on… we gotta hurry to see your doctor.”
She got in the car. I saw her holding the dolls in her arms. “Oh, they comin’?”
“Yes. Of course. They are my besties.”
“Sure.” I fastened her seatbelt.
As some houses passed through, I slowly stopped my car. There were so many people crowding around a green painted house at the corner of the street. I was curious and I cared to ask a woman nearby, “Hey, What happened?”
“A homicide. The police said so.”
My baby girl poked me and asked what happened. I explained in very kid friendly words.
“Who lived here?” I asked again.
“Jason and Alice. A very young couple. Such a miserable ending.”
I checked my watch, “Excuse me, gotta go.”
As I fastened my seatbelt again, I caught a glance my baby girl pulling up both sides of her lips. So did the dolls.

THE END

Saturday, April 9, 2016

MAMAN


PENCURI HATI
Oleh Sara Fiza

Maman namanya. Entah kenapa setiap kedatangannya, setiap hati bisa ia curi seketika. Kemudian, Ia makan selagi masih segar tercerabut dari tubuh pemiliknya.

***

A QUESTION
By Nugra Gente

"Oh this is so easy." said a student after reading a math test then wrote down the answer. Then come to the next problem, it said
"Fiza buys 23 watermelons for a carnival and puts them on her truck. As on her way home, She meets Astro and gets 45 more. But when loading down the watermelons, she finds out 17 of them are bad watermelons. So how many oranges does Maman have?" 
She mumbling in a confusion, "Who the fuck is Maman?"

***

SIAPA MAMAN?
Oleh Sarah Astro

"Kamu kapan nih, pake toga? aku khawatir ih kamu nggak lulus-lulus. Udah mau enam tahun juga kuliah. Siapa dosen pembimbingnya, Rin?" Anes bertanya dengan mulut penuh batagor. 

"Maman" jawabku pendek. 

"Hah, siapa Maman? Ada gitu, dosen kita namanya Pak Maman?" Dia bertanya lagi-lagi dengan mulut yang masih penuh dengan batagor. 

"Oh ada kali ya, aku aja yang udah jarang ke kampus. Hahaha ngapain juga udah lulus ke kampus." 

Belum sempet aku jawab, dia udah ngomong lagi. "Eh, rin. Dua bulan lagi aku mau nikah. Doain ya, maafin baru ngabarin, habisnya kamu ilang terus sih. Di kontak nggak bisa." Tuturnya sambil membuka botol air mineral, kayaknya dia keselek tuh. 

"Selamat ya, sing*  barokah pernikahannya." Ucapku dengan senyum mengembang melihat Anes yang makan sama ngomong sama-sama cepet. 

"Terus kamu kapan, Rin?" 

"Kapan apanya?" 

"Kapan nyusul nikah? Kamu udah ada calon, kan ya?" 

"Iya, Maman." 

"Eh, kok Maman. Siapa Maman? Kenapa calon kamu sama dosen pembimbing kamu sama namanya, sih?" Tanya Anes dengan mengernyitkan dahi.

"Maman lah, pokoknya mah." Jawabku lagi dengan singkat. "Ah, gampang lah ya, nanti kalau mau nikah mah kabarin aku, ya! Hehe" Anes ketawa sambil mukul pundakku dua kali. 

"Rin, bos ku di kantor nyebelin, tau Rin! Masa yah, aku cuma izin pake internet buat liat online shop aja kena SP, geura! Kan pelit banget yah." Anes udah biasa cepet ganti topik kalau lagi ngomong. Awalnya cuma ngomongin tempe nanti bisa-bisa ngomongin tante sebelah kosannya yang make up nya menor. 

"Sabar lah, Nes! Namanya juga dunia kerja. Lagian kamu nggak penting banget buka online shop pake internet di kantor." Kataku sok bijak. 

"Iya nih, Rin. Gini dunia kerja teh, keras. Nanti kamu rencana mau kerja dimana, Rin kalau udah lulus?" 

"Maman aja lah," aku jawab lagi dengan singkat. "Ih, kamu mah ditanyain teh dari tadi Maman lagi, Maman lagi, siapa sih Maman? Aku kenal, enggak?" Kata Anes yang kini sambil ngunyah sukro.

"Maman weh lah, pokonya mah!" Jawabku. 

"Iya, siapa Maman?"

"Iya, Maman. KuMa Maneh* ! Terserah mau nanya apa, kuMa Maneh weh lah! Udah yah, aku mau nemuin dosen pembimbing dulu." Aku langsug pergi dan meninggalkan Anes yang menurunkan kecepatan ngunyahnya sambil melongo. 



Keterangan:
*Sing(Bahasa sunda)=Semoga
*Kuma Maneh/Kumaha Maneh (Bahasa Sunda) = Terserah Lu aja dah!

Friday, April 8, 2016

SEPERTI KUCING



Oleh Sarah Astro 


Kucingku, adalah kucing termanis sedunia.
Setiap kali aku makan, dia melihatku dengan tatapan mata yang berbinar menyilaukan. Membuat siapa saja yang melihatnya akan kasihan, lalu memberinya makan.

Suatu hari aku sedang makan ayam goreng tepung buatan ibu, kucingku melihatku dengan tatapannya yang syahdu. Lalu karena tak kuat melihat tatapan matanya, ku beri dia sepotong ayam dari piringku.

Lalu, apakah aku harus menatapmu syahdu dengan mata berbinar, agar kau mau memberikan itu kepadaku?

Ya,memberikan hatimu...


ALBUM BIRU

Oleh: Sarah Astro


Aku senang melihat video klip Melly Goeslaw. Itu loh, lagunya yang terkenal itu. Bunda.
Lagunya menyentuh hati apalagi ketika model nya yang cantik membuka album setelah sebelumnya meniup album yang penuh debu.

Lalu suatu hari aku melihat album foto di kolong meja di samping tv. Dengan sedikit bergaya sok nostalgia, aku meniru model di lagunya Melly goeslaw. Mengambil album foto, mengusap debu yang menutupinya, lalu meniupnya perlahan.
Lalu tiba-tiba aku batuk.
Batuk lagi.
Tak berhenti.
Semakin menjadi.

Dan besoknya setelah aku periksa ke dokter, katanya aku terkena bronkhitis.

Pelajaran berharga bagiku adalah, jika album foto berdebu, jangan sok cantik meniup lembut.
Nanti batuk kayak aku.

Sarah astro,
8 april 2016

Thursday, April 7, 2016

Donor

oleh
 Sara Fiza

Ketika anaknya dikabarkan membutuhkan donor jantung sesegera mungkin,
Seorang ibu berdiri dengan jantung di tangan kanannya dan dengan dada kiri yang masih berlubang.

Tuesday, April 5, 2016

BELIEVING - PERCAYA


By
Nugra Gente

Have you ever believed in ghost, or monster or spirit or whatever you call them? I didn't believe their existence at all, I had been searching for them my whole life in the basement, under my bed, at the kitchen in the middle of the night. They weren't there. Until today I realize that they actually ride on my back. All the time. Everyday. Everywhere. And each one of you have it too. There they hug you, grinning from your back.

Pernahkah kalian percaya akan hantu, setan, genderuwo, kuntilanak atau apapun itu? Aku awalnya tak mempercai keberadaan mereka. Sebab aku sudah mencarinya selama ini di besmen, di kolong ranjang, atau di dapur pas tengah malam. Namun tak kutemukan sama sekali. Hingga hari ini aku menyadari bahwa mereka ternyata duduk manis bergelayutan di punggungku. Setiap hari. Dimana saja. Dan kalian semua juga memilikinya. Ya, mereka memelukmu menyeringai dari belakang.

April 5, Tuesday
2016
Nugra Gente.